MUAI
PANJANG ZAT PADAT
3.1.
Tujuan Praktikum
1.
Menentukan koefisien muai panjang beberapa jenis logam.
2.
Dapat mengukur seberapa besar pertambahan panjang beberapa logam apabila
dipanaskan.
3.2.
Dasar Teori
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu
benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda
karena menerima kalor. Muai panjang berbagai zat padat diselidiki dengan alat Musschenbroek. Dengan alat ini ditemukan
bahwa muai panjang zat padat bergantung pada tiga faktor yaitu panjang awal
karena bila semakin besar panjang awal, maka makin besar muai panjang dan suhu
karena semakin besar kenaikan suhu maka semakin besar pula besar muai panjang.
3.2.1. Jenis-Jenis
Pemuaian Zat Padat
Ada tiga jenis pemuaian zat padat pada
benda yang akan kami bahas dalam bab ini, yaitu :
a.
Pemuaian panjang
Adalah bertambahnya ukuran
panjang suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar
dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut.
Sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami
pemuaian panjang saja adalah kawat kecil yang panjang sekali.
Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien
muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan.
L= L0 ( 1 + α ∆t)
|
Keterangan :
L =
Panjang akhir (m) atau (cm)
L0
= Panjang awal (m) atau (cm)
Α = Koefisien muai panjang (/oC)
∆t =
Perubahan suhu (oC)
Yang perlu diperhatikan adalah didalam rumus tersebut banyak sekali menggunakan lambang
sehingga menyulitkan dalam menghafal. Disarankan untuk sering menggunakan rumus tersebut dalam
mengerjakan soal dan tidak perlu dihafal.
b.
Pemuaian luas
Adalah pertambahan ukuran
luas suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda yang
mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan
dianggap tidak ada. Contoh benda yang mempunyai pemuaian luas adalah lempeng
besi yang lebar sekali dan tipis.
Seperti halnya pada pemuian luas faktor yang mempengaruhi pemuaian luas
adalah luas awal, koefisien muai luas, dan perubahan suhu. Karena sebenarnya
pemuaian luas itu merupakan pemuian panjang yang ditinjau dari dua dimensi maka
koefisien muai luas besarnya sama dengan 2 kali koefisien muai panjang. Pada
perguruan tinggi nanti akan dibahas bagaimana perumusan sehingga diperoleh
bahwa koefisien muai luas sama dengan 2 kali koefisien muai panjang.
Untuk
menentukan pertambahan luas dan volume akhir digunakan persamaan sebagai
berikut :
A=Ao (1+β∆t)
|
Keterangan:
A =
Luas akhir (m2) atau (cm2)
Ao =
Luas awal (m2) atau (cm2)
Β =
Koefisien muai luas (/oC)
∆t =
Perubahan Suhu (oC)
c.
Pemuaian volume
Adalah pertambahan ukuran
volume suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang
mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian
volume adalah kubus, air dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang
dalam 3 dimensi karena itu untuk menentukan koefisien muai volume sama dengan 3
kali koefisien muai panjang. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa
khusus gas koefisien muai volumenya sama dengan 1/273.
V=Vo(1+ɣ.∆t)
|
Keterangan :
V =
Volume akhir (m3) atau (cm3)
Vo =
Volume awal (m3) atau (cm3)
ɣ =
Koefisien muai volume (/oC)
∆t =
Perubahan suhu (oC)
3.2.2. Manfaat
Pemuaian Pada Pertambangan
Pemuaian yang terjadi
pada pertambangan. Contoh pemanfaatan pemuaian dalam pertambangan adalah:
1.
Pemasangan poros roda
pada kereta api dan pedati pada pertambangan bawah tanah. Dalam hal ini
diameter poros di buat lebih besar sedikit di banding diameter lubang roda.
Dengan memanaskan roda kereta, maka lubang pada roda memuai. Pada saat itulah
poros dimasukkan ke dalam roda kemudian roda didinginkan.
2. Penggunaan
bimetal untuk sakelar otomatis listrik pada pertambangan. Bimetal adalah dua
keping logam berbeda yang disatukan dengan cara dikeling atau dilas. Karena
kedua logam berbeda koefisien muainya, maka ketika dipanaskan atau didinginkan
bimetal akan melengkung. Bimetal melengkung ke arah logam yang koefisien
muainya lebih kecil ketika dipanaskan dan melengkung ke arah logam yang
koefisien muainya lebih besar ketika dipanaskan.
3. Kerugian yang ditimbulkan akibat pemuaian dalam pertambangan adalah
sebagai berikut :
4.
Rel kereta api melengkung
pada siang hari dari dalam pertambangan bawah tanah sampai ke stockpile yang berada di luar tambang,
karena rel mengalami pemuaian, sedangkan rel terikat oleh baut-baut pengikat.
Untuk mengatasi melengkungnya rel, pada tiap sambungan rel diberi celah.
5.
Kaca pada jendela atau
kaca pada pintu dalam ruangan kerja dalam pertambangan terbuka, retak atau
pecah pada siang hari yang panas. Hal ini karena pemuaian kaca lebih besar di
banding pemuaian kayu. Untuk mencegah agar kaca tidak pecah, maka bingkai kaca
dibuat luas (longgar) dibanding kacanya.
6.
Jembatan dapat melengkung
yang berada di dalam pertambangan terbuka atau patah ketika suhu udara naik Hal
ini dapat diatasi dengan cara membuat celah (rongga) pada tiang penyangga
jembatan atau membuat celah pada tiap sambungan balok jembatan.
7.
Bagian mesin alat berat
dalam pertambangan memuai ketika mesin sedang berjalan. Akibatnya, suara mesin
menjadi kasar dan bagian yang berputar menjadi mogok berputar. Hal ini dapat
diatasi dengan cara mendinginkan mesin dengan cara memasukkan cairan pendingin.
8. Kabel
listrik yang disalurkan di pertambangan dipasang agak kendor. Jika dipasang
pada posisi tegang, pada malam hari suhunya lebih rendah, kabel listrik
menyusut dan dapat putus.
3.3.
Alat dan Bahan
1. Stopwatch
2. Termometer
3. Gelas Ukur
4. Corong
5. Selang
6. Pembakar Spirtus
7. Sumbat Karet
8. Penunjuk Khusus
9. Tembaga
10. Almunium
11. Besi
12. Batang Statif Panjang
13. Penjepit Statif
14. Klen Bosshead
15. Penggaris
16. Batang Statif Pendek
17. Jangka Sorong
18. Dasar Statif
19. Spirtus
20. Piring Kecil
4.4 Prosedur Kerja
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Jepitkan ujung pipa
baja ke pegas jepit pada petunjuk khusus dan ujung lain pada klem bosshead yang
bawah pada batang statif vertikal. Tancapkan ujung selang silicon pada
penyambungan batang selang dan ujung yang lain ke ujung pipa baja. Tancapkan
pula ujung selang plastik keujung pipa baja yang bawah dan siapkan tatakan
gelas (di ujung lain dari selang) untuk menampung air
3. letakkan penggaris
logam diatas meja, tepat dibawah jarum petunjuk khusus
4. letakkan pembakar spirtus
tepat dibawah labu erlenmenyer. Nyalakan pembakar spirtus dan atur posisi labu
erlenmenyer sehingga memperoleh pemanasan yang optimal
5.
Setelah air mulai mendidih, amati gerak jarum penunjuk khusus
6. amati nilai (angka)
yang ditunjukkan jarum penunjuk khusus pada posisi terakhir dan catat hasil
pengamatan ke dalam tabel
7. matikan api pembakaran
spirtus, lepaskan pipa baja dari rangkaian dan dinginkan pipa tersebut
8.
ulangi langkah 1 sampai dengan 6 untuk pipa tembaga dan pipa aluminium
9. kemasi alat dan
bahan, selesaikan seluruh isian tabel, kemudian, diskusikan seluruh isian tabel
untuk menarik kesimpulan
No comments:
Post a Comment