Friday, January 26, 2018

Materi tentang Keselamatan (Pendidikan)

KESELAMATAN



Peristiwa kebangkitan  memiliki arti yang menyelamatkan. Orang beriman yang percaya kepada Kristus yang bangkit memperoleh jaminan bahwa Allah akan memperlakukan dia sama seperti Allah memperlakukan Yesus Kristus, yakni Allah tidak akan membiarkannya mati. Manusia beriman boleh mengalami kehidupan kekal.

Tujuan

Yang mau dicapai dalam kuliah tentang KESELAMATAN  ini adalah agar para mahasiswa lebih memahami bahwa Allah mencintai manusia seperti layaknya seorang bapa mencintai anaknya, bahkan lebih dari itu. Orang-orang Katolik mengalami cinta Allah itu melalui Gereja Katolik. Kuliah ini juga bertujuan agar para mahasiswa Katolik mengetahui bagaimana sikap Gereja Katolik terhadap agama-agama bukan Kristen. Selain  itu mahasiswa juga mengetahui bahwa keselamatan itu memiliki arti dinamis, berwujud dalam berbagai kenyataan yang saling melengkapi; yang satu baru berarti jika  menghadirkan yang lain.

 Relevansi terhadap tujuan

Topik tentang KESELAMATAN  dapat membantu mahasiswa untuk tetap memiliki jati diri dalam penghayatan iman, dan juga  berpandangan luas, dapat menerima adanya beraneka ragam bentuk perwujudan iman, mampu menghargai macam-macam penghayatan iman, namun tidak kehilangan identitas. Juga dapat membantu mahasiswa untuk lebih menghargai agama lain dan para penganut agama itu, karena dalam ajaran Katolik, agama lain itu dapat menjadi jalan yang sah untuk keselamatan bagi pemeluknya. Dengan demikian para mahasiswa  dapat memperoleh dasar untuk menghargai kerja sama antar umat beragama. Kerja sama itu bukan hanya berdasarkan kenyataan sosial (hidup bersama umat beragama lain), tetapi berdasarkan iman itu sendiri. Mahasiswa tahu bahwa  iman Katolik menuntut umatnya untuk mencintai umat beragama lain.

Pengolahan

Pada bagian awal sudah dijelaskan bahwa kuliah mengenai “KESELAMATAN” bertujuan agar para mahasiswa mengetahui ada banyak jalan untuk mengalami cinta Allah. Orang Katolik mengalaminya melalui Gereja Katolik, yang lainnya mengalami cinta Tuhan melalui Gereja yang lain, atau melalui agama lain.

 Terdapat tiga macam rumusan cara berpikir mengenai keselamatan, yakni : cara berpikir yang eklesiosentris, cara berpikir yang kristosentris, dan cara berpikir yang teosentris.



  1. Rumusan I, Cara berpikir yang eklesiosentris dirumuskan sebagai berikut : Keselamatan itu diberikan kepada umat manusia melalui Yesus Kristus, dan keselamatan itu terjadi di dalam satu Gereja saja, keselamatan yang berpusat pada Gereja. Kata Eklesiosentris terdiri kata Ecclesia = Gereja, dan centrum = pusat. Jadi Keselamatan yang eklesiosentris artinya keselamatan yang berpusat pada Gereja.                
Allah
                                                                                                    ò
                                                                                       Yesus Kristus
                                                                                                    ò
                                                                                                Gereja

  1. Rumusan II, Cara berpikir yang kristosentris : keselamatan yang berpusat pada Kristus. Kata Kristosentris terdiri dari kata Christus = Kristus, dan Centrum = Pusat. Allah menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus dan keselamatan itu terjadi dalam setiap kebersamaan yang mengakui Yesus Kristus sebagai Penyelamatnya.

Allah
    ò
                                                                                                       Yesus Kristus
                                                                  ÷                                                                                          ø
              Gereja        ÷                                                                         ø          Gereja
             Gereja          ÷              ò           ø             Gereja         
                                                                                              Gereja        Gereja      Gereja    

  1. Rumusan III, Cara berpikir teosentris : cara berpikir tentang keselamatan yang berpusat pada Allah. Teosentris terdiri dari kata Theos = Allah, Centrum = pusat. Allah menyelamatkan semua manusia dan keselamatan ini disampaikan kepada manusia melalui Tokoh-tokoh keselamatan di dalam jemaat mereka masing-masing.

                  Nabi Musa     ï     Allah     ð    Tokoh Agama
                                         ÷                   ø
                                Yesus                       Tokoh Agama

Naskah Kitab Suci yang dapat kita gunakan sebagai rujukan untuk masing-masing cara berpikir. Cara berpikir eklesiosentris : cara berpikir ini memandang Kristus sebagai satu-satunya jalan menuju Bapa : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.” (Yoh 14:6). Hal yang pokok dalam cara berpikir ini adalah melihat Kristus dalam bentuk Gereja, yaitu orang-orang yang percaya kepadaNya. Teks Kitab Suci yang menunjukkan hal ini adalah kisah pertobatan Paulus. Ketika Paulus rebah ke tanah terdengarlah suara yang berkata kepadanya : “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus menjawab : Siapakah engkau Tuhan?” Jawaban yang diperoleh Paulus adalah : “Akulah Yesus yang engkau aniaya itu…” Sualus sedang mengniaya orang yang menjadi pengikutNya yang dalam Kisah Para Rasul disebut Murid-murid Tuhan. Di sini Yesus menyamakan diriNya dengan mereka yang menjadi muridNya. Murid-murid Tuhan itu sekarang terhimpun di dalam Gereja. Maka bilamana orang mau mengikuti Yesus, maka dia harus masuk ke dalam Gereja. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang percaya Kristus sebagai Penyelamat mereka. Gereja itu jemaat yang didirikan oleh Yesus dengan mengatakan kepada Petrus : “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu Kuberikan kunci Kerjaan Sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat 16:18-19).

Kadang-kadang cara berpikir ini memberi kesan tertutup, bahwa Kristus hanya ada di dalam satu Gereja saja, bahwa untuk diselamatkan, seseorang harus masuk ke dalam salah satu Gereja, karena Kristus mengatakan : “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan.” (Mat 12:30).

Cara berpikir yang Kristosentris berpendapat bahwa Gereja tidak merupakan unsur yang menentukan untuk keselamatan seseorang. Kristuslah penentu bagi keselamatan seseorang. Maka untuk selamat orang harus percaya kepada Kristus. Tetapi pada saat yang sama orang yang menerima Kristus itu harus mewartakan Kristus juga, sehingga seperti Paulus kita dapat berkata : “Celakalah aku jika aku tidak mewartakan Injil.” (1 Kor 9:16). Dalam cara berpikir ini banyaknya Gereja tidak menjadi masalah penting. Keprihatinan utama adalah bagaimana mewartakan Kristus.

Cara berpikir teosentris memandang Kristus sebagai pribadi yang terbuka, yang mengatakan : “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (Mat 9:40) Tidak melawan Kristus merupakan sesuatu yang menentukan keselamatan seseorang. Dalam hal ini orang Kristen dapat mengakui keselamatan mereka yang tidak berada dalam Gereja Kristus, asal mereka tidak melawanNya. Di dalam cara berpikir ini, naskah Yoh 14:6 (“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang  pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.”) merupakan naskah yang mempersatukan cara berpikir Kristosentris  dan cara berpikir eklesiosentris.

Tetapi apakah agama-agama bukan Kristen melawan Kristus? Di dalam Islam misalnya, Kristus bahkan dihormati sebagai nabi. Gambaran Kristus sebagai pribadi yang terbuka ini memungkinkan orang beriman untuk terbuka pula terhadap agama-agama bukan Kristen.

Siapakah Kristus? Siapakah Kristus bagi masing-masing cara berpikir? Di dalam cara berpikir eklesiosentris dan kristosentris, Kristus mewujudkan diriNya di dalam Gereja dan persekutuan-persekutuan yang mengakuiNya sebagai Penyelamat, di dalam cara berpikir teosentris, Kristus dipandang sebagai yang menyamakan diri dengan mereka yang haus, lapar, telanjang, seperti yang dinyatakan di dalam Matius 25:31-46.
“Apabila Anak Manusia datang dalam kemulaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dan kambing, dan Ia akan menempatkan domba di sebelah kananNya, dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya : Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya : Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau di dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebeah kiriNya : Enyalah dari hadapanKu, hamu orang-orang terkutuk, enyalah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan di dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya : Tuhan, bilamanakah kami melihat Engau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang, atau sakit, atau di dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”

            Mari kita lihat apa ajaran Gereja Katolik yang dirumuskan dalam dokumen Konsili Vatikan II.

                        ORANG KATOLIK DISELAMATKAN DI DALAM GEREJA KATOLIK

            “Kita percaya bahwa satu-satunya Agama yang benar itu berada di dalam Gereja Katolik dan apostolic, yang oleh Tuhan Yesus diserahi tugas untuk menyebarluaskannya kepada semua orang, ketika bersabda kepada para rasul : “Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28:19-20). Adapun semua orang wajib mencari kebenaran, terutama dalam apa yang menyangkut Allah dan GerejaNya. Sesudah mereka mengenal kebenaran itu, mereka wajib memeluk dan mengamalkannya.” (Dignitatis Humanae (Kebebasan Beragama) – Martabat Pribadi Manusia no. 1)

                        UNTUK DISELAMATKAN DIPERLUKAN GEREJA

            Maka terutama kepada mereka yang beriman Katoliklah Konsili suci mengarahkan perhatiaannya. Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, Konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembaran ini perlu keselamatan. Sebab hanya satulah pengentara dan jalan kebenaran, yakni Kristus. Ia hadir di antara kita dalam tubuhNya, yakni Gereja yang dimasuki orang-orang melalui babtis bagaikan pintunya. Oleh karenanya tidak dapat diselamatkan orang-orang itu, yang walaupun tahu bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Allah dengan perantraan Yesus Kristus, sebagai sesuatu yang diperlukan, toh tidak mau masuk ke dalamnya atau tidak mau bertahan di dalamnya. (Lumen Gentium (Gereja) – Terang Bangsa-Bangsa no. 14)

                        GEREJA ALLAH MENJADI KERINDUAN SEMUA ORANG BERIMAN

Tetapi hampir semua, kendati melalui aneka cara, mencita-citakan satu Gereja Allah yang kelihatan, yang sungguh-sungguh bersifat universal, dan diutus ke seluruh dunia, supaya dunia bertobat kepada Injil, dan dengan demikian diselamatkan demi kemuliaan Allah.

Maka, sambil mempertimbangkan itu semua dengan hati gembira, Konsili suci ini, karena sudah menguraikan ajaran tentang Gereja , terdorong oleh keinginan untuk memulihkan kesatuan antara semua murid Kristus, bermaksud menyajikan kepada segenap umat Katolik bantuan-bantuan, upaya-upaya, dan cara-cara, untuk menolong mereka menanggapi panggilan serta rahmat ilahi itu (Unitatis Redintegratio (Ekumene) – Pemulihan Kesatuan no. 1).
Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan. (Unitatis Redintegratio (Ekumene) – Pemulihan Kesatuan no. 3)

                        SIKAP TERHADAP AGAMA-AGAMA BUKAN KRISTEN

            “Pada zaman kita bangsa manusia semakin erat bersatu dan hubungan-hubungan antara pelbagai bangsa berkembang. Gereja mempertimbangkan dengan lebih cermat, manakah hubungannya dengan agama agama bukan kristiani. Dalam tugasnya mengembangkan kesatuan dan cinta kasih antar manusia, bahkan antar bangsa, Gereja di sini terutama mempertimbangkan manakah hal-hal  yang pada umumnya terdapat pada bangsa manusia, dan yang mendorong semua untuk bersama-sama menghadapi situasi sekarang. Sebab semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai satu asal sebab Allah menghendaki  segenap umat manusia mediami seluruh muka bumi (KIs 17:26).Semuanya mempunyai satu tujuan akhir, yakni Allah, yang penyelenggaraanNya, bukti-bukti kebaikanNya dan rencana penyelematanNya meliputi semua orang (Keb 8:1; Kis 14:17; Rom 2:6-7; 1 Tim 2:4) sampai para terpilih dipersatukan dalam kota suci, yang akan diterangi oleh kemuliaan Allah; di sana bangsa-bangsa akan berjalan dalam cahayaNya (Why 21:23 dst).
            Dari pelbagai agama manusia mengeharapkan jawaban tentang teka-teki  keadaan manusiawi yang tersembunyi, yang seperti di masa silam, begitu pula sekarang menyentuh hati manusia secara mendalam : apakah baik dan apakah dosa itu? Dari manakah asal penderitaan dan manakah tujuannya? Manakah jalan untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati? Apakah arti maut, pengadilan dan pembalasan sesudah mati?Akhirnya apakah misteri terakhir dan tak terperikan itu, yang merangkum keberadaan kita, dan menjadi asal sarta tujuan kita?” (Nostra Aetate (Sikap terhadap agama lain) – Pada zaman kita no. 1)

Secara jelas Gereja menunjukkan cara berpikirnya mengenai agama-agama bukan Kristen, yaitu mamandang apa yang sama pada manusia dan yang membawa kepada kebersamaan hidup. Kebersamaan itu adalah bahwa manusia membentuk satu masyarakat dengan asal yang sama dan juga tujuan yang sama. Manusia juga menghadapi satu rahasia yang sama, yaitu pertanyaan apa makna dan tujuan manusia, apa kebaikan dan dosa; apa asal mula dan tujuan derita; mana jalan untuk mencapai kebahagaan sejati; apa kematian; apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut; apa itu misteri terakhir dan tak terungkapkan yang menyelimuti keberadaan manusia, darinya manusia berasal dan kepadanya manusia menuju. Semua agama berada dalam kebersamaan untuk menanggapi misteri itu.

            SIKAP GEREJA TERHADAP AGAMA ASLI HINDU DAN BUDHA

Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. (Nostra Aetate (Sikap terhadap agama lain) – Pada zaman kita no. 2)

Sikap Gereja terhadap agama-agama asli, Hindu dan Budha : mereka disendirikan karena Allah di dalam agama-agama itu digambarkan sebagai yag ilahi yang dicari oleh manusia. “Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama ini.” Lalu Gereja menyampaikan ajarannya untuk berdialog dan kerja sama :

Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerjasama dengan penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman, serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral  serta nilai-nilai sosio budaya, yang terdapat pada mereka. (Nostra Aetate (Sikap terhadap agama lain) – Pada zaman kita no. 2)

            SIKAP GEREJA TERHADAP AGAMA ISLAM

Dalam bersikap terhadap Islam, Gereja melihat persamaan dalam Allah yang sama, yang mewahyukan diri. Allah yang wahyuNya ditaggapi dengan iman. Sebagai tokohnya adalah Abraham. Kecuali itu orang beriman juga disatukan dalam diri Yesus, dalam diri Maria, dalam menantikan pengadilan, dalam menantikan kebangkitan orang mati, dalam sembahyang, sedekah dan puasa.
Hal  yang mempersatukan orang Katolik dan orang Islam adalah bahwa di dalam Islam, Kristus tidak dilawan. Kristus sendiri mengatakan : “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita (Mrk 9:40). Lebih jelas lagi dalam dokumen Konsili Vatikan II dikatakan :

            “Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta, di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan, bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pun juga dari umat lain yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran tidak jauhlah Allah karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lihat Kisah 17:25-28) dan sebagai Penyelamat menghendaki keselamatan semua orang (lihat 1 Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil suci serta GerejaNya, tetapi dengan tulus hati mencari Allah dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka kenal melalui suara hati  dengan perbuatan nyata dapat memperoleh keselamatan kekal. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka yang tanpa bersama belum sampai pada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempu hidup yang benar. Sebab apa pun yang baik dan benar yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai karunia Dia, yang menerangi setiap orang supaya akhirnya memperoleh kehidupan.” (Lumen Gentium (Gereja) – Terang Bangsa-Bangsa, no.16).

SIKAP GEREJA TERHADAP AGAMA BUKAN KRISTEN PADA UMUMNYA

Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa, dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata : “Barangsiapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah.” (1 Yoh 4:8 (Nostra Aetate (Sikap terhadap agama-agama lain) – Pada zaman kita no. 5).

Allah dipercaya dan diimani sebagai Bapa, maka sebagai akibat yang jelas adalah bahwa sesama menjadi saudara.

Menentukan Sikap

Cara berpikir itu bergerak di sekitar kemampuan manusia untuk menggunakan pikirannya. Tetapi manusia tidak hanya berpikir, dia juga berkemampuan untuk berkehendak dan bertindak. Untuk melakukan tindakan, dia melakukan pilihan-pilihan. Cara berpikir ini masih perlu diolah lagi. Bagaimana cara menggunakan cara berpikir ini? Terdapat beberapa kemungkinan.
Pertama : Orang memilih hanya satu cara berpikir, dan menggunakannya sebagai satu-satunya cara berpikir. Misalnya orang hanya memilih cara berpikir eklesiosentris saja. Dia berpendapat bahwa hanya anggota Gereja Katolik saja yang akan diselamatkan, dan orang yang berasal dari agama lain atau Gereja yang lain pasti tidak selamat. Atau orang hanya menggunakan cara berpikir kristosentris saja, dia tidak menganggap penting Gerejanya sendiri, dia mengikuti kegiatan berbagai Gereja. Dia mungkin dibaptis di Gereja Katolik, berhari Natal di Gereja Kristen Evengelis (GKE), pemberkatan nikah di Gerja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB), dan pada hari minggu dia lebih berminat mengikuti kebaktian di Gereja Pentakosta. Atau bisa juga orang hanya menggunakan cara berpikir teosentris saja. Gereja-Gereja tidak lagi dianggap penting. Dia berpendapat bahwa Gereja-gereja tidak penting. Dia berpendapat bahwa semua agama sama saja. Dia akan mengikuti ibadat di semua agama. Gerejanya sendiri tidak lagi dianggap penting. Tokoh agamanya tidak dipercaya sebagai yang utama.
Inilah yang disebut dengan cara berpikir dengan matra tunggal (monodimensional).
Kedua : Orang memilih masing-masing cara berpikir sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Cara berpikir eklesiosentris dipergunakan  ketika dia berada di tengah-tengah umat segerejanya. Dia akan mendidik anak-anaknya secara Katolik, dia akan mengajak anggota keluarganya beribadat di gereja Katolik, dia akan mengembangkan kepribadiannya secara Katolik, dsb. Tetapi bila dia berada di kalangan orang Kristen yang berbeda Gereja, dia akan menggunakan cara berpikir kristosentris. Dia akan lebih bersikap terbuka terhadap umat dari Gereja Kristen lainnya. Dia akan berpendapat bahwa semua umat Kristen, baik Katolik maupun umat Protestan akan diselamatkan jika hidupnya layak di hadapan Tuhan. Persatuannya dengan Kristus dan di dalam Kristus akan mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang muncul karena perbedaan Gereja. Cara berpikir kristosentris ini dikembangkan dalam sikap ekumene. Demikian pula jika dia bertemu dengan orang-orang dari agama lain, dia berpendapat bahwa saudara-saudara dari agama lainpun dapat memperoleh keselamatan; bahwa agama-agama yang bukan Kristen pun adalah sarana untuk memperoleh keselamatan. Agama-agama lain pun mengajarkan hal-hal yang benar dan baik, meskipun dia sendiri percaya bahwa dia diselamatkan melalui Yesus Kristus di dalam Gereja Katolik. Singkatnya dalam perjumpaannya dengan sesama yang bukan Kristen dia menggunakan cara berpikir teosentris. Persatuan dengan dan dalam Allah yang satu dan sama mengatasi perbedaan yang muncul. Dari cara berpikir teosentris ini dikembangkan sikap dialog. Manusia yang menderita mempersatukan orang Katolik dengan orang beragama lain karena orang yang menderita itu adalah Kistus sendiri

Cara yang kedua ini orang dari Gereja lain atau agama lain tanpa kehilangan identitas diri. Identitas Katolik yang jelas pada cara berpikir pertama digabungkan dengan keterbukaan terhadap Gerja yang lain atau agama lain dari cara berpikir yang kedua dan ketiga.
Penggunaan cara berpikir seperti ini disebut penggunaan dengan matra ganda (multi dimensional).

ARTI KESELAMATAN

PENGERTIAN DAN SIKAP TENTANG KESELAMATAN

Tuhan meciptakan manusia agar manusia mengalami cintaNya. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Allah mengirim putraNya ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Ketika manusia percaya kepada Kristus dan masuk ke dalam GerejaNya, manusia masih saja berdosa. Tetapi Allah selalu menginginkan agar manusia selamat, maka di dalam Gereja disediakan kesempatan untuk bertobat.

Keselamatan dimengerti secara utuh, mencakup pribadi manusia secara menyeluruh, tetapi juga manusia secara keseluruhan, meskipun terjadinya melalui perjalanan sejarah.

Bagaimana Keselamatan itu dimengerti?

1)      Keselamatan dipandang dari segi waktu : Keselamatan itu adalah keselamatan kekal yang dimulai pada masa kini. Kurang lengkaplah jika orang beriman berpendapat bahwa keselamatan itu adalah keselamatan kekal yang akan diperoleh sesudah mati. Pengakuan akan adanya hidup kekal menjadi dasar untuk mengusahakan, mengarahkan dan membantuk kehidupan kini sedemikian sehingga dapat menjadi persiapan untuk kehidupan kekal. Bila ditanya : “Keselamatan itu kini atau nanti?” Jawabannya adalah : “Keselamatan itu nanti yang dimulai sejak kini”, atau “Keselamatan itu adalah kini menuju ke nanti.”
2)      Keselamatan dipandang dari segi tempat : Bila ditanya : “Keselamatan itu terjadi di dunia ini atau di sorga?” Jawabannya adalah : “Keselamatan itu dimulai dari dunia ini dan dilanjutkan di sorga.” Atau “Keselamatan itu adalah keselamatan  di sorga yang dimulai di dunia ini.” Maka usaha manusia untuk mencari keselamatan di dunia ini menjadi lengkap bila diarahkan ke sorga, tidak hanya berhenti di dunia saja.
3)      Keselamatan dipandang dari kebebasan dan tanggung jawab manusia : Bila ditanya : “Keselamatan itu adalah anugerah atau semata-mata karena hasil usaha manusia?” Jawabannya adalah : “Keselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan dengan leluasa kepada manusia, tetapi sekaligus manusia dipanggil untuk mengusahakan anugerah itu dengan bebas agar menghasilkan buah.” Kurang lengkaplah bila ada yang berpendapat bahwa keselamatan itu adalah anugerah dari Tuhan semata tanpa usaha dari pihak manusia. Memang keselamatan itu diberikan oleh Tuhan bukan karena hasil usaha manusia, tetapi manusia yang memperoleh keselamatan itu diundang untuk menjadikan kekuatan untuk bertindak, kekuatan untuk membawa keselamatan itu kepada sesamanya.
4)      Keselamatan dipandang dari segi hakekatnya : Keselamatan itu adalah keselamatan rohani yang mewujud dalam jasmani manusia” atau “Keselamatan jasmani yang menjadi wujud dalam keselamatan rohani. Keselamatan utuh adalah keselamatan yang mengusahakan kedua-duanya.
5)      Keselamatan di pandang dari segi baik buruk : “Apakah keselamatan itu hanya untuk orang baik saja? Keselamatan itu sesunguhnya adalah kebaikan yang mengubah kejahatan. Keselamatan itu untuk orang berdosa agar dia menjadi benar di hadapan Allah dan sesamanya. Pendosa yang menerima keselamatan akan berusaha mengubah hidupnya, dia akan bertobat dan kembali kepada Allah. Dia tidak dibuang, melainkan ditebus, dirangkul, dan bila orang itu menjadi lebih baik, semakin ia dipanggil untuk mengampuni orang lain seperti ia telah diampuni oleh Allah. Pengertian keselamatan di sini berkembang dari “Yang berdosa dihukum dan yang baik dibari ganjaran” menjadi “Yang berdosa diampuni dan yang baik diperintahkan untuk membawa buah kebaikan.”
6)      Keselamatan itu untuk siapa? Untuk orang-orang terentu sajakah? Untuk orang pilihan saja? Keselamatan itu untuk semua orang, dimulai dengan kelompok tertentu bahkan dimulai dengan pribadi tertentu untuk semua orang. Artinya orang atau kelompok yang percaya bahwa Allah telah menyelamatkan itu  dengan tetap memperhatikan kebebasan, mengusahakan keselamatan bagi orang lain.

Keselamatan itu adalah hasil iman : “…. Imanmu telah menyelamatkan engkau.” (Luk 17:19) “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef 2:8-10) Tetapi setelah menerimanya, manusia  dipanggil untuk mengerjakannya. “Hai saudara-saudaraku yang terkasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu….” (bdk Fil 2:12)

Keselamatan tidak dimngerti dalam rangka pertanyaan atau …. atau …. : sekarang atau nanti, jasmani atau rohani, rahmat atau usaha manusia, tetapi baik …. maupun ….. Keselamatan itu baik sekarang maupun nanti, keselamatan itu baik jasmani maupun rohani, dst.

Keselamatan itu juga menjadi daya gerak manusia beriman untuk mengusahakan agar dunia jasmani yang bersifat sementara ini dapat menjadi persiapan dan awal kehidupan yang kekal. Itu dilakukan antara lain dengan mengusahakan agar dunia ini diolah sedemikian rupa sehingga menjadi semakin pantas dihuni oleh anak-anak Allah.


Pengertian keselamatan itu memungkinkan manusia untuk mengubah sikap dalam berusaha, dia tidak lagi melakukan usahanya agar diselamatkan, tetapi karena percaya bahwa keselamatan telah diberikan padanya, maka sebagai ucapan syukur dia mau berusaha, menjalankan hidup ini dengan penuh rasa terima kasih kepada Allah. Maka puncak ungkapan imannya berbentuk Doa Syukur Agung, yang dipanjatkan di dalam perayaan Ekaristi. Allah telah memberikan diriNya melalui Yesus Kristus PutraNya. Manausia berterima kasih, bersyukur atas anugerah itu dan karenanya manusia dipanggil untuk menjadi anugerah bagi sesama.

No comments:

Post a Comment

Types Of Machine Learning

Types Of Machine Learning Berbagai jenis teknik Pembelajaran Mesin telah dikembangkan untukmemecahkan masalah di berbagai bidang. Teknik Pem...