KESELAMATAN
Peristiwa kebangkitan memiliki arti yang menyelamatkan. Orang
beriman yang percaya kepada Kristus yang bangkit memperoleh jaminan bahwa Allah
akan memperlakukan dia sama seperti Allah memperlakukan Yesus Kristus, yakni
Allah tidak akan membiarkannya mati. Manusia beriman boleh mengalami kehidupan
kekal.
Tujuan
Yang mau dicapai dalam kuliah
tentang KESELAMATAN ini adalah agar para
mahasiswa lebih memahami bahwa Allah mencintai manusia seperti layaknya seorang
bapa mencintai anaknya, bahkan lebih dari itu. Orang-orang Katolik mengalami
cinta Allah itu melalui Gereja Katolik. Kuliah ini juga bertujuan agar para
mahasiswa Katolik mengetahui bagaimana sikap Gereja Katolik terhadap
agama-agama bukan Kristen. Selain itu
mahasiswa juga mengetahui bahwa keselamatan itu memiliki arti dinamis, berwujud
dalam berbagai kenyataan yang saling melengkapi; yang satu baru berarti
jika menghadirkan yang lain.
Relevansi
terhadap tujuan
Topik tentang KESELAMATAN dapat membantu mahasiswa untuk tetap memiliki
jati diri dalam penghayatan iman, dan juga
berpandangan luas, dapat menerima adanya beraneka ragam bentuk
perwujudan iman, mampu menghargai macam-macam penghayatan iman, namun tidak
kehilangan identitas. Juga dapat membantu mahasiswa untuk lebih menghargai
agama lain dan para penganut agama itu, karena dalam ajaran Katolik, agama lain
itu dapat menjadi jalan yang sah untuk keselamatan bagi pemeluknya. Dengan
demikian para mahasiswa dapat memperoleh
dasar untuk menghargai kerja sama antar umat beragama. Kerja sama itu bukan
hanya berdasarkan kenyataan sosial (hidup bersama umat beragama lain), tetapi
berdasarkan iman itu sendiri. Mahasiswa tahu bahwa iman Katolik menuntut umatnya untuk mencintai
umat beragama lain.
Pengolahan
Pada bagian awal sudah dijelaskan
bahwa kuliah mengenai “KESELAMATAN” bertujuan agar para mahasiswa mengetahui
ada banyak jalan untuk mengalami cinta Allah. Orang Katolik mengalaminya
melalui Gereja Katolik, yang lainnya mengalami cinta Tuhan melalui Gereja yang
lain, atau melalui agama lain.
Terdapat tiga macam rumusan cara berpikir
mengenai keselamatan, yakni : cara berpikir yang eklesiosentris, cara berpikir yang kristosentris, dan cara berpikir yang teosentris.
- Rumusan I, Cara berpikir yang
eklesiosentris dirumuskan sebagai berikut : Keselamatan itu diberikan
kepada umat manusia melalui Yesus Kristus, dan keselamatan itu terjadi di
dalam satu Gereja saja, keselamatan yang berpusat pada Gereja. Kata
Eklesiosentris terdiri kata Ecclesia = Gereja, dan centrum = pusat. Jadi
Keselamatan yang eklesiosentris artinya keselamatan yang berpusat pada
Gereja.
Allah
ò
Yesus Kristus
ò
Gereja
- Rumusan II, Cara berpikir yang
kristosentris : keselamatan yang berpusat pada Kristus. Kata Kristosentris
terdiri dari kata Christus = Kristus, dan Centrum = Pusat. Allah
menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus dan keselamatan itu terjadi
dalam setiap kebersamaan yang mengakui Yesus Kristus sebagai
Penyelamatnya.
Allah
ò
Yesus Kristus
÷ ø
Gereja ÷ ø Gereja
Gereja
÷ ò ø Gereja
Gereja Gereja Gereja
- Rumusan III, Cara berpikir
teosentris : cara berpikir tentang keselamatan yang berpusat pada Allah.
Teosentris terdiri dari kata Theos = Allah, Centrum = pusat. Allah
menyelamatkan semua manusia dan keselamatan ini disampaikan kepada manusia
melalui Tokoh-tokoh keselamatan di dalam jemaat mereka masing-masing.
Nabi Musa
ï Allah
ð Tokoh Agama
÷
ø
Yesus Tokoh Agama
Naskah Kitab Suci yang dapat kita
gunakan sebagai rujukan untuk masing-masing cara berpikir. Cara berpikir
eklesiosentris : cara berpikir ini memandang Kristus sebagai satu-satunya jalan
menuju Bapa : “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui
Aku.” (Yoh 14:6). Hal yang pokok
dalam cara berpikir ini adalah melihat Kristus dalam bentuk Gereja, yaitu
orang-orang yang percaya kepadaNya. Teks Kitab Suci yang menunjukkan hal
ini adalah kisah pertobatan Paulus. Ketika Paulus rebah ke tanah terdengarlah
suara yang berkata kepadanya : “Saulus,
Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus menjawab : Siapakah engkau Tuhan?” Jawaban yang
diperoleh Paulus adalah : “Akulah Yesus
yang engkau aniaya itu…” Sualus sedang mengniaya orang yang menjadi
pengikutNya yang dalam Kisah Para Rasul disebut Murid-murid Tuhan. Di sini Yesus menyamakan diriNya dengan mereka
yang menjadi muridNya. Murid-murid Tuhan itu sekarang terhimpun di dalam
Gereja. Maka bilamana orang mau mengikuti Yesus, maka dia harus masuk ke dalam
Gereja. Gereja adalah persekutuan orang-orang yang percaya Kristus sebagai
Penyelamat mereka. Gereja itu jemaat yang didirikan oleh Yesus dengan
mengatakan kepada Petrus : “Engkau adalah
Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut
tidak akan menguasainya. Kepadamu Kuberikan kunci Kerjaan Sorga. Apa yang kau
ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini
akan terlepas di sorga.” (Mat 16:18-19).
Kadang-kadang cara berpikir ini
memberi kesan tertutup, bahwa Kristus hanya ada di dalam satu Gereja saja,
bahwa untuk diselamatkan, seseorang harus masuk ke dalam salah satu Gereja,
karena Kristus mengatakan : “Siapa tidak
bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia
menceraiberaikan.” (Mat 12:30).
Cara berpikir yang Kristosentris
berpendapat bahwa Gereja tidak merupakan
unsur yang menentukan untuk keselamatan seseorang. Kristuslah penentu bagi
keselamatan seseorang. Maka untuk selamat orang harus percaya kepada
Kristus. Tetapi pada saat yang sama orang yang menerima Kristus itu harus
mewartakan Kristus juga, sehingga seperti Paulus kita dapat berkata : “Celakalah aku jika aku tidak mewartakan
Injil.” (1 Kor 9:16). Dalam cara berpikir ini banyaknya Gereja tidak
menjadi masalah penting. Keprihatinan utama adalah bagaimana mewartakan
Kristus.
Cara berpikir teosentris
memandang Kristus sebagai pribadi yang terbuka, yang mengatakan : “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di
pihak kita.” (Mat 9:40) Tidak melawan Kristus merupakan sesuatu yang
menentukan keselamatan seseorang. Dalam hal ini orang Kristen dapat mengakui keselamatan
mereka yang tidak berada dalam Gereja Kristus, asal mereka tidak melawanNya. Di
dalam cara berpikir ini, naskah Yoh 14:6 (“Akulah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak
melalui Aku.”) merupakan naskah yang mempersatukan cara berpikir
Kristosentris dan cara berpikir
eklesiosentris.
Tetapi apakah agama-agama bukan
Kristen melawan Kristus? Di dalam Islam misalnya, Kristus bahkan dihormati
sebagai nabi. Gambaran Kristus sebagai
pribadi yang terbuka ini memungkinkan orang beriman untuk terbuka pula terhadap
agama-agama bukan Kristen.
Siapakah Kristus? Siapakah
Kristus bagi masing-masing cara berpikir? Di dalam cara berpikir eklesiosentris
dan kristosentris, Kristus mewujudkan diriNya di dalam Gereja dan
persekutuan-persekutuan yang mengakuiNya sebagai Penyelamat, di dalam cara
berpikir teosentris, Kristus dipandang sebagai yang menyamakan diri dengan
mereka yang haus, lapar, telanjang, seperti yang dinyatakan di dalam Matius
25:31-46.
“Apabila Anak
Manusia datang dalam kemulaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia,
maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. Lalu semua bangsa akan
dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada
seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dan kambing, dan Ia akan
menempatkan domba di sebelah kananNya, dan kambing-kambing di sebelah kiriNya.
Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya : Mari, hai
kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan
bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar kamu memberi Aku makan;
ketika Aku haus kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing kamu memberi
Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku
sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya : Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi
Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing dan kami
memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau di dalam penjara dan kami
mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu
yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata
juga kepada mereka yang di sebeah kiriNya : Enyalah dari hadapanKu, hamu
orang-orang terkutuk, enyalah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk
iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing,
kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit dan di dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu
mereka pun akan menjawab Dia, katanya : Tuhan, bilamanakah kami melihat Engau
lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang, atau sakit, atau di
dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka :
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk
salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke
dalam hidup yang kekal.”
Mari
kita lihat apa ajaran Gereja Katolik yang dirumuskan dalam dokumen Konsili
Vatikan II.
ORANG
KATOLIK DISELAMATKAN DI DALAM GEREJA KATOLIK
“Kita percaya bahwa satu-satunya Agama yang benar itu berada di dalam
Gereja Katolik dan apostolic, yang oleh Tuhan Yesus diserahi tugas untuk
menyebarluaskannya kepada semua orang, ketika bersabda kepada para rasul :
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28:19-20). Adapun semua orang wajib mencari
kebenaran, terutama dalam apa yang menyangkut Allah dan GerejaNya. Sesudah
mereka mengenal kebenaran itu, mereka wajib memeluk dan mengamalkannya.” (Dignitatis
Humanae (Kebebasan Beragama) – Martabat Pribadi Manusia no. 1)
UNTUK
DISELAMATKAN DIPERLUKAN GEREJA
Maka terutama kepada mereka yang beriman Katoliklah Konsili suci
mengarahkan perhatiaannya. Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, Konsili
mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembaran ini perlu keselamatan. Sebab
hanya satulah pengentara dan jalan kebenaran, yakni Kristus. Ia hadir di antara
kita dalam tubuhNya, yakni Gereja yang dimasuki orang-orang melalui babtis
bagaikan pintunya. Oleh karenanya tidak dapat diselamatkan orang-orang itu,
yang walaupun tahu bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Allah dengan perantraan
Yesus Kristus, sebagai sesuatu yang diperlukan, toh tidak mau masuk ke dalamnya
atau tidak mau bertahan di dalamnya. (Lumen Gentium (Gereja) – Terang
Bangsa-Bangsa no. 14)
GEREJA
ALLAH MENJADI KERINDUAN SEMUA ORANG BERIMAN
Tetapi hampir semua, kendati melalui aneka
cara, mencita-citakan satu Gereja Allah yang kelihatan, yang sungguh-sungguh
bersifat universal, dan diutus ke seluruh dunia, supaya dunia bertobat kepada
Injil, dan dengan demikian diselamatkan demi kemuliaan Allah.
Maka, sambil mempertimbangkan itu semua
dengan hati gembira, Konsili suci ini, karena sudah menguraikan ajaran tentang
Gereja , terdorong oleh keinginan untuk memulihkan kesatuan antara semua murid
Kristus, bermaksud menyajikan kepada segenap umat Katolik bantuan-bantuan,
upaya-upaya, dan cara-cara, untuk menolong mereka menanggapi panggilan serta
rahmat ilahi itu (Unitatis Redintegratio (Ekumene) – Pemulihan Kesatuan no.
1).
Oleh karena itu mereka memang dengan tepat
menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik
diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan. (Unitatis Redintegratio
(Ekumene) – Pemulihan Kesatuan no. 3)
SIKAP
TERHADAP AGAMA-AGAMA BUKAN KRISTEN
“Pada zaman kita bangsa manusia semakin erat bersatu dan
hubungan-hubungan antara pelbagai bangsa berkembang. Gereja mempertimbangkan
dengan lebih cermat, manakah hubungannya dengan agama agama bukan kristiani.
Dalam tugasnya mengembangkan kesatuan dan cinta kasih antar manusia, bahkan
antar bangsa, Gereja di sini terutama mempertimbangkan manakah hal-hal yang pada umumnya terdapat pada bangsa
manusia, dan yang mendorong semua untuk bersama-sama menghadapi situasi
sekarang. Sebab semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai satu asal
sebab Allah menghendaki segenap umat
manusia mediami seluruh muka bumi (KIs 17:26).Semuanya mempunyai satu tujuan
akhir, yakni Allah, yang penyelenggaraanNya, bukti-bukti kebaikanNya dan
rencana penyelematanNya meliputi semua orang (Keb 8:1; Kis 14:17; Rom 2:6-7; 1
Tim 2:4) sampai para terpilih dipersatukan dalam kota suci, yang akan diterangi
oleh kemuliaan Allah; di sana bangsa-bangsa akan berjalan dalam cahayaNya (Why
21:23 dst).
Dari pelbagai agama manusia
mengeharapkan jawaban tentang teka-teki
keadaan manusiawi yang tersembunyi, yang seperti di masa silam, begitu
pula sekarang menyentuh hati manusia secara mendalam : apakah baik dan apakah
dosa itu? Dari manakah asal penderitaan dan manakah tujuannya? Manakah jalan
untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati? Apakah arti maut, pengadilan dan
pembalasan sesudah mati?Akhirnya apakah misteri terakhir dan tak terperikan
itu, yang merangkum keberadaan kita, dan menjadi asal sarta tujuan kita?” (Nostra
Aetate (Sikap terhadap agama lain) – Pada zaman kita no. 1)
Secara jelas Gereja menunjukkan
cara berpikirnya mengenai agama-agama bukan Kristen, yaitu mamandang apa yang
sama pada manusia dan yang membawa kepada kebersamaan hidup. Kebersamaan itu
adalah bahwa manusia membentuk satu masyarakat dengan asal yang sama dan juga
tujuan yang sama. Manusia juga menghadapi satu rahasia yang sama, yaitu
pertanyaan apa makna dan tujuan manusia, apa kebaikan dan dosa; apa asal mula
dan tujuan derita; mana jalan untuk mencapai kebahagaan sejati; apa kematian;
apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut; apa itu misteri terakhir dan tak
terungkapkan yang menyelimuti keberadaan manusia, darinya manusia berasal dan
kepadanya manusia menuju. Semua agama berada dalam kebersamaan untuk menanggapi
misteri itu.
SIKAP GEREJA TERHADAP AGAMA ASLI
HINDU DAN BUDHA
Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang
dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus,
Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta
ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan
diajarkannya sendiri, tetapi tak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang
menerangi semua orang. (Nostra Aetate (Sikap terhadap agama lain) – Pada
zaman kita no. 2)
Sikap Gereja terhadap agama-agama
asli, Hindu dan Budha : mereka disendirikan karena Allah di dalam agama-agama
itu digambarkan sebagai yag ilahi yang dicari oleh manusia. “Gereja Katolik
tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-agama ini.” Lalu Gereja
menyampaikan ajarannya untuk berdialog dan kerja sama :
Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya
dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerjasama dengan penganut
agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman, serta perihidup
kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan
moral serta nilai-nilai sosio budaya,
yang terdapat pada mereka. (Nostra Aetate (Sikap terhadap agama lain) – Pada
zaman kita no. 2)
SIKAP GEREJA TERHADAP AGAMA ISLAM
Dalam bersikap terhadap Islam,
Gereja melihat persamaan dalam Allah yang sama, yang mewahyukan diri. Allah
yang wahyuNya ditaggapi dengan iman. Sebagai tokohnya adalah Abraham. Kecuali
itu orang beriman juga disatukan dalam diri Yesus, dalam diri Maria, dalam
menantikan pengadilan, dalam menantikan kebangkitan orang mati, dalam
sembahyang, sedekah dan puasa.
Hal yang mempersatukan orang Katolik dan orang
Islam adalah bahwa di dalam Islam, Kristus tidak dilawan. Kristus sendiri
mengatakan : “Barangsiapa tidak melawan
kita, ia ada di pihak kita (Mrk 9:40). Lebih jelas lagi dalam dokumen
Konsili Vatikan II dikatakan :
“Namun rencana keselamatan juga merangkum mereka, yang mengakui Sang
Pencipta, di antara mereka terdapat terutama kaum Muslimin, yang menyatakan,
bahwa mereka berpegang pada iman Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah
Allah yang tunggal dan maharahim, yang akan menghakimi manusia pada hari
kiamat. Pun juga dari umat lain yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam
bayangan dan gambaran tidak jauhlah Allah karena Ia memberi semua kehidupan dan
nafas dan segalanya (lihat Kisah 17:25-28) dan sebagai Penyelamat menghendaki
keselamatan semua orang (lihat 1 Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah
tidak mengenal Injil suci serta GerejaNya, tetapi dengan tulus hati mencari
Allah dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka
kenal melalui suara hati dengan
perbuatan nyata dapat memperoleh keselamatan kekal. Penyelenggaraan ilahi juga
tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka
yang tanpa bersama belum sampai pada pengetahuan yang jelas tentang Allah,
namun berkat rahmat ilahi berusaha menempu hidup yang benar. Sebab apa pun yang
baik dan benar yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai
persiapan Injil, dan sebagai karunia Dia, yang menerangi setiap orang supaya
akhirnya memperoleh kehidupan.” (Lumen Gentium (Gereja) – Terang
Bangsa-Bangsa, no.16).
SIKAP GEREJA
TERHADAP AGAMA BUKAN KRISTEN PADA UMUMNYA
Tetapi kita
tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang
tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap
sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa, dan hubungannya dengan
sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata : “Barangsiapa tidak mencintai, ia tidak
mengenal Allah.” (1 Yoh 4:8 (Nostra Aetate (Sikap terhadap agama-agama
lain) – Pada zaman kita no. 5).
Allah dipercaya dan diimani
sebagai Bapa, maka sebagai akibat yang jelas adalah bahwa sesama menjadi
saudara.
Menentukan Sikap
Cara berpikir itu bergerak di
sekitar kemampuan manusia untuk menggunakan pikirannya. Tetapi manusia tidak
hanya berpikir, dia juga berkemampuan untuk berkehendak dan bertindak. Untuk
melakukan tindakan, dia melakukan pilihan-pilihan. Cara berpikir ini masih
perlu diolah lagi. Bagaimana cara menggunakan cara berpikir ini? Terdapat
beberapa kemungkinan.
Pertama : Orang memilih hanya satu cara berpikir, dan
menggunakannya sebagai satu-satunya cara berpikir. Misalnya orang hanya memilih
cara berpikir eklesiosentris saja. Dia berpendapat bahwa hanya anggota Gereja
Katolik saja yang akan diselamatkan, dan orang yang berasal dari agama lain
atau Gereja yang lain pasti tidak selamat. Atau orang hanya menggunakan cara
berpikir kristosentris saja, dia tidak menganggap penting Gerejanya sendiri,
dia mengikuti kegiatan berbagai Gereja. Dia mungkin dibaptis di Gereja Katolik,
berhari Natal di Gereja Kristen Evengelis (GKE), pemberkatan nikah di Gerja
Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB), dan pada hari minggu dia lebih
berminat mengikuti kebaktian di Gereja Pentakosta. Atau bisa juga orang hanya
menggunakan cara berpikir teosentris saja. Gereja-Gereja tidak lagi dianggap
penting. Dia berpendapat bahwa Gereja-gereja tidak penting. Dia berpendapat
bahwa semua agama sama saja. Dia akan mengikuti ibadat di semua agama.
Gerejanya sendiri tidak lagi dianggap penting. Tokoh agamanya tidak dipercaya
sebagai yang utama.
Inilah yang disebut dengan cara
berpikir dengan matra tunggal (monodimensional).
Kedua : Orang memilih masing-masing cara berpikir sesuai dengan
keadaan yang dihadapi. Cara berpikir eklesiosentris dipergunakan ketika dia berada di tengah-tengah umat
segerejanya. Dia akan mendidik anak-anaknya secara Katolik, dia akan mengajak
anggota keluarganya beribadat di gereja Katolik, dia akan mengembangkan kepribadiannya
secara Katolik, dsb. Tetapi bila dia berada di kalangan orang Kristen yang
berbeda Gereja, dia akan menggunakan cara berpikir kristosentris. Dia akan
lebih bersikap terbuka terhadap umat dari Gereja Kristen lainnya. Dia akan
berpendapat bahwa semua umat Kristen, baik Katolik maupun umat Protestan akan
diselamatkan jika hidupnya layak di hadapan Tuhan. Persatuannya dengan Kristus
dan di dalam Kristus akan mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang muncul
karena perbedaan Gereja. Cara berpikir kristosentris ini dikembangkan dalam
sikap ekumene. Demikian pula jika dia bertemu dengan orang-orang dari agama
lain, dia berpendapat bahwa saudara-saudara dari agama lainpun dapat memperoleh
keselamatan; bahwa agama-agama yang bukan Kristen pun adalah sarana untuk
memperoleh keselamatan. Agama-agama lain pun mengajarkan hal-hal yang benar dan
baik, meskipun dia sendiri percaya bahwa dia diselamatkan melalui Yesus Kristus
di dalam Gereja Katolik. Singkatnya dalam perjumpaannya dengan sesama yang
bukan Kristen dia menggunakan cara berpikir teosentris. Persatuan dengan dan
dalam Allah yang satu dan sama mengatasi perbedaan yang muncul. Dari cara
berpikir teosentris ini dikembangkan sikap dialog. Manusia yang menderita
mempersatukan orang Katolik dengan orang beragama lain karena orang yang
menderita itu adalah Kistus sendiri
Cara yang kedua ini orang dari
Gereja lain atau agama lain tanpa kehilangan identitas diri. Identitas Katolik
yang jelas pada cara berpikir pertama digabungkan dengan keterbukaan terhadap
Gerja yang lain atau agama lain dari cara berpikir yang kedua dan ketiga.
Penggunaan cara berpikir seperti
ini disebut penggunaan dengan matra ganda (multi dimensional).
ARTI KESELAMATAN
PENGERTIAN DAN SIKAP TENTANG KESELAMATAN
Tuhan meciptakan manusia agar
manusia mengalami cintaNya. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Allah mengirim
putraNya ke dunia untuk menyelamatkan manusia. Ketika manusia percaya kepada
Kristus dan masuk ke dalam GerejaNya, manusia masih saja berdosa. Tetapi Allah
selalu menginginkan agar manusia selamat, maka di dalam Gereja disediakan
kesempatan untuk bertobat.
Keselamatan dimengerti secara
utuh, mencakup pribadi manusia secara menyeluruh, tetapi juga manusia secara
keseluruhan, meskipun terjadinya melalui perjalanan sejarah.
Bagaimana Keselamatan itu dimengerti?
1) Keselamatan dipandang dari segi waktu :
Keselamatan itu adalah keselamatan kekal yang dimulai pada masa kini. Kurang
lengkaplah jika orang beriman berpendapat bahwa keselamatan itu adalah
keselamatan kekal yang akan diperoleh sesudah mati. Pengakuan akan adanya hidup
kekal menjadi dasar untuk mengusahakan, mengarahkan dan membantuk kehidupan
kini sedemikian sehingga dapat menjadi persiapan untuk kehidupan kekal. Bila
ditanya : “Keselamatan itu kini atau nanti?” Jawabannya adalah : “Keselamatan
itu nanti yang dimulai sejak kini”, atau “Keselamatan itu adalah kini menuju ke
nanti.”
2) Keselamatan dipandang dari segi tempat :
Bila ditanya : “Keselamatan itu terjadi di dunia ini atau di sorga?” Jawabannya
adalah : “Keselamatan itu dimulai dari dunia ini dan dilanjutkan di sorga.”
Atau “Keselamatan itu adalah keselamatan
di sorga yang dimulai di dunia ini.” Maka usaha manusia untuk mencari
keselamatan di dunia ini menjadi lengkap bila diarahkan ke sorga, tidak hanya
berhenti di dunia saja.
3) Keselamatan dipandang dari kebebasan dan
tanggung jawab manusia : Bila ditanya : “Keselamatan itu adalah anugerah
atau semata-mata karena hasil usaha manusia?” Jawabannya adalah : “Keselamatan
adalah anugerah Allah yang diberikan dengan leluasa kepada manusia, tetapi
sekaligus manusia dipanggil untuk mengusahakan anugerah itu dengan bebas agar
menghasilkan buah.” Kurang lengkaplah bila ada yang berpendapat bahwa
keselamatan itu adalah anugerah dari Tuhan semata tanpa usaha dari pihak
manusia. Memang keselamatan itu diberikan oleh Tuhan bukan karena hasil usaha
manusia, tetapi manusia yang memperoleh keselamatan itu diundang untuk
menjadikan kekuatan untuk bertindak, kekuatan untuk membawa keselamatan itu
kepada sesamanya.
4) Keselamatan dipandang dari segi hakekatnya
: Keselamatan itu adalah keselamatan rohani yang mewujud dalam jasmani
manusia” atau “Keselamatan jasmani yang menjadi wujud dalam keselamatan rohani.
Keselamatan utuh adalah keselamatan yang mengusahakan kedua-duanya.
5) Keselamatan di pandang dari segi baik buruk
: “Apakah keselamatan itu hanya untuk orang baik saja? Keselamatan itu
sesunguhnya adalah kebaikan yang mengubah kejahatan. Keselamatan itu untuk
orang berdosa agar dia menjadi benar di hadapan Allah dan sesamanya. Pendosa
yang menerima keselamatan akan berusaha mengubah hidupnya, dia akan bertobat
dan kembali kepada Allah. Dia tidak dibuang, melainkan ditebus, dirangkul, dan
bila orang itu menjadi lebih baik, semakin ia dipanggil untuk mengampuni orang
lain seperti ia telah diampuni oleh Allah. Pengertian keselamatan di sini
berkembang dari “Yang berdosa dihukum dan yang baik dibari ganjaran” menjadi
“Yang berdosa diampuni dan yang baik diperintahkan untuk membawa buah
kebaikan.”
6) Keselamatan itu untuk siapa? Untuk
orang-orang terentu sajakah? Untuk orang pilihan saja? Keselamatan itu untuk
semua orang, dimulai dengan kelompok tertentu bahkan dimulai dengan pribadi
tertentu untuk semua orang. Artinya orang atau kelompok yang percaya bahwa
Allah telah menyelamatkan itu dengan
tetap memperhatikan kebebasan, mengusahakan keselamatan bagi orang lain.
Keselamatan itu adalah hasil iman
: “…. Imanmu telah menyelamatkan engkau.”
(Luk 17:19) “Sebab karena kasih karunia
kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef
2:8-10) Tetapi setelah menerimanya, manusia
dipanggil untuk mengerjakannya. “Hai
saudara-saudaraku yang terkasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah
kerjakan keselamatanmu….” (bdk Fil 2:12)
Keselamatan tidak dimngerti dalam
rangka pertanyaan atau …. atau …. :
sekarang atau nanti, jasmani atau rohani, rahmat atau usaha manusia, tetapi baik …. maupun ….. Keselamatan itu baik
sekarang maupun nanti, keselamatan itu baik jasmani maupun rohani, dst.
Keselamatan itu juga menjadi daya
gerak manusia beriman untuk mengusahakan agar dunia jasmani yang bersifat
sementara ini dapat menjadi persiapan dan awal kehidupan yang kekal. Itu
dilakukan antara lain dengan mengusahakan agar dunia ini diolah sedemikian rupa
sehingga menjadi semakin pantas dihuni oleh anak-anak Allah.
Pengertian keselamatan itu
memungkinkan manusia untuk mengubah sikap dalam berusaha, dia tidak lagi
melakukan usahanya agar diselamatkan, tetapi karena percaya bahwa keselamatan
telah diberikan padanya, maka sebagai ucapan syukur dia mau berusaha,
menjalankan hidup ini dengan penuh rasa terima kasih kepada Allah. Maka puncak
ungkapan imannya berbentuk Doa Syukur
Agung, yang dipanjatkan di dalam perayaan Ekaristi. Allah telah memberikan
diriNya melalui Yesus Kristus PutraNya. Manausia berterima kasih, bersyukur
atas anugerah itu dan karenanya manusia dipanggil untuk menjadi anugerah bagi
sesama.
No comments:
Post a Comment